Kakak Baik Ku kira dia benci padaku. Ku kira dia bakal marah karena respons yang kuberikan atas cerita pedihnya. Ku kira dia akan mengutukku atas kelancanganku meminta nya untuk terus berusaha melangkah walau sesulit apapun itu tanpa memikirkan bagaimana pandangannya terhadap semua ketakutannya dan hal-hal yang ia dengar dariku. Kakak baik itu ternyata masih ingat padaku. Kakak baik itu ternyata sangat rendah hati memaafkan aku yang mungkin terkesan tidak sopan waktu itu. Kakak baik ini sama sepertiku, hanya berusaha mengingatkan kembali, apa yang terbaik dari diri masing-masing kami yang seringkali terlupa saat cemas itu melanda. Bukankah untuk melihat diri kita sendiri kita butuh mata orang lain? Saat mata kita terlalu buram untuk melihat pantulan diri sendiri di depan cermin. Saat kami diam-diam menangis dan mempertanyakan, kapankah Allaah berkenan mengurangi rasa sakitnya? Kapankah kami bisa sembuh? Tapi belum pernah keluar dari bibirnya waktu itu, "kenapa harus aku yang m
Mencari Tepi Kumpulan Puisi, Menjelang Bangun oleh : rumahdalamkepala Tuan, apa itu tidur? Mataku tak bisa berhenti melihat cahaya terang di sampul-sampul buku. Nyenyak nian manusia abad lalu. Apakah tidur di atas kertas seabadi itu? Tuan, apa itu tepi? Serupa matamu melirik ke luar jendela? Atau seperti mataku yang menelisik namamu di di pinggiran kota? Tuan, apa enaknya tenggelam dalam bacaan? Tidakkah kau ingin tangan kita saling menggenggam, Menyusuri jalan-jalan, Juga, jika boleh sekalian dengan kehidupan?